Minggu, 08 Maret 2009

When I’m Pouring Crimson Regret…

Telah kucoba untuk membunuh rasa sakit ini
Tapi justru semakin terasa perih
Perih yang tak tertahankan
Aku terbaring tak berdaya
Menunggu malaikat maut menjemputku

Doaku….Darahku….Jeritanku….
Tumpah dalam cawan penyesalan atas ketidak setiaanku
Di batas asaku….Kupertahankan sisa-sisa nafas ini
Aku masih berharap bisa temukan pintu itu
Satu-satunya pintu yang masih terbuka
Pintu yang terakhir untuk pertobatanku

Lukaku yang tak terhitung lagi
Mematikan seluruh panca inderaku
Tak bisa lagi merasakan apapun
Adakah aku telah benar-benar tersesat….?
Masih bisakah aku terselamatkan…?

Masih ingatkah Engkau padaku….?
Makhluk hina yang telah tersesat begitu lama
Masih sudikah Engkau menerimaku….?
CiptaanMu yang berlumur dosa

Ampunilah penghianatan yang pernah kulakukan
Maafkanlah cintaku yang begitu rapuh
dan membawa langkahku menjauh dariMu
Runtuhkanlah dinding keangkuhanku
Aku ingin berlutut selamanya dihadapanMu

hanya Engkau yang tahu
Betapa Rindunya aku pada air mata
Untuk membasuh jiwa dan ragaku ini
Betapa inginnya aku menangis di hadapanMu

Aku mohon dengan sangat…….
Jangan kunci pintu itu dariku
Pintu itu adalah harapan terakhirku
Aku mulai merasa kedinginan
Aku tidak akan sanggup untuk tinggal dan membeku dibawah sana
Aku tidak akan kuat menahan siksaan yang tiada hentinya

Sesungguhnya jiwa ini telah lama binasa oleh dosa-dosanya
Dan dengarkanlah rintihannya kali ini…..
Betapa jiwa ini mengemis padaMu untuk kebebasannya
Mungkinkah neraka jahanam itu benar-benar ada
Aku sama sekali tak punya alasan untuk mengingkari keberadaanya

Aku begitu takut dengan ketidaktakutanku
Aku bahkan telah lupa akan banyak hal yang kulupakan
Aku mulai memudar seperti kabut yang menghilang diterpa matahari pagi
Ambang ini terlalu mengerikan bagiku

Aku tak bisa tertawa dan sembunyi dariMu
Tempat persembunyianku sudah hancur
Dan kini reruntuhannya menghentikan petualanganku….Meminta pertanggungjawabanku
Aku tak bisa menawar lagi
tak bisa membela diri
Ketika seluruh kesalahan itu diperlihatkan

Dan aku menyerah kalah………..
Ketika sudut mataku menangkap kilatan pedang yang terayun dengan pasti ke arahku
Kemudian jiwaku melayang dengan gelisah………
Apalagi yang dapat kutumpahkan untuk merahnya penyesalanku

Tak mungkin ada suara dari kebisuan abadi
Tak mungkin ada darah dari raga yang membeku
Dan doa-doaku menguap bagai asap
Semua sudah terlambat………..

Aku berduka dalam diamku…..
Bukan untuk hancurnya ragaku
Tapi aku berduka untuk ketidak pastian atas jiwaku….
Jiwaku yang malang………

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates